Categories Berita

MRP Minta Aparat TNI/Polri Jangan Bikin Takut Masyarakat di Paniai

Pdt. Nikolaus Degei, anggota MRP Pokja Agama saat memberikan keterangan pers – Ist

JAYAPURA, MRP – Anggota Pokja Agama Majelis Rakyat Papua (MRP) Pdt. Nikolaus Degei meminta aparat keamanan TNI/Polri dan TNPB OPM untuk tidak memancing dan mengacaukan situasi di kabupaten Paniai.

Pasca deklarasi pentolan Demianus Yogi Dkk sebagai Panglima Tertinggi TPN-PB OPM West Papua di Paniai pada tanggal 13 Agustus 2021 tersebut telah memancing pihak militer Indonesia mendroping pasukannya hingga di pelosok kampung di Paniai.

Informasi yang di terima  tersebut, Pdt. Nikolaus, mengatakan  masyarakat setempat, militer Indonesia TNI/Polri gabungan sudah masuk ke dusun-dusun melakukan patroli dengan persenjataan lengkap.

“MRP minta TNI/Polri untuk tidak memancing situasi masyarakat disana, mereka yang lakukan itu hanya ingin mengacaukan situasi, jangan termakan dengan isu yang tidak bertanggung jawab seperti itu,” kata Pdt. Degei.

Ia juga mengatakan, masyarakat Paniai sangat trauma dengan kehadiran aparat militer Indonesia dengan persenjataan lengkap seperti itu, hal tersebut akan membangkitkan kembali memory passion lama mereka.

“Masyarakat masih trauma dengan kejadian tahun 61 di Paniai, jangan menakuti mereka dengan masuk ke kampung halaman ambil posisi di Tigi, Enaro, Bida dan beberapa tempat lainnya, Paniai seakan masuk dalam zona perang antara Militer Indonesia dengan TPNPB,” ujarnya.

MRP minta aparat militer Indonesia untuk tidak memancing situasi, masyarakat Papua khususnya Paniai perlu hidup damai di tanah mereka. Masyarakat Papua di pedalaman masih takut melihat pakean lengkap milik militer Indonesia.

Pdt. Degei juga minta aparat militer Indonesia yang bertugas di Papua dapat menyelesaikan masalah di Papua jangan dengan kekerasan seperti yang di sampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD saat bertemu dengan MRP di Jakarta.

“Seharusnya selesaikan persoalan di Papua jangan dengan senjata dan letusan, tapi dengan dialog demi kesejahteraan,” kata Pdt. Degei kutip pernyataan Mahfud MD.

Pernyataan ini juga di sampaikan oleh Presiden Joko Widodo dan Mahfud MD harusnya keputusan negara ini bisa di tindaklanjut oleh pimpinan aparat militer TNI/Polri yang bertugas di Papua.

“Pimpinan negara (Jokowi) bicara lain, bawahan main lain, ini yang bikin kacau situasi di Papua. Negara harus lebih mementingkan kedamaian rakyat Papua dibandingkan kepentingan ekonomi,” tegasnya. (*)

 

Read More
Categories Berita

MRP Tolak Kemenag Libatkan TNI Urus Keagamaan di Papua

Ketua Pokja Agama MRP, Yoel Luiz Mulait (kanan) bersama Ketua I MRP, Jimmy Mabel, memimpin rapat Pokja Agama. – Humas MRP

JAYAPURA, MRP – Kelompok Kerja Agama Majelis Rakyat Papua (MRP) meminta kepada pihak keamanan TNI secara professional menjalankan tugas menjaga keamanan negara, karena urusan keagamaan di Papua menjadi tanggung jawab para pimpinan gereja di Papua.

Hal tersebut ditegaskan Yoel Mulait ketua Pokja Agama MRP, menanggapi rencana Menteri Agama RI libatkan TNI tangani kerukunan keagamaan di Papua. Rabu, (18/7/2020).

“kita hargai, tapi kita harus professional karena TNI itu kan tugasnya jaga keamanan negara, urusan agama inikan urusan pimpinan agama, baik Pendeta, Pastor dan Ustad yang punya umat,” kata Mulait.

Ia juga menambahkan bila negara melibatkan TNI dalam urusan agama, maka timbul suatu pertanyaan yang penting. Apa dibalik tujuan dari Kementrian Agama RI libatkan TNI urus keagamaan di Papua.

“Negara libatkan TNI untuk urus keagamaan memang agama di Papua ada kacau? Kan tidak, seharusnya kita saling professional saja bahwa TNI menjaga keamanan negara karena urusan agama inikan urusan para tokoh agama,” tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi menggandeng TNI AD untuk kerja sama program peningkatan kerukunan umat beragama di Indonesia. Selain menggunakan strategi pertahanan dan militer, keutuhan NKRI juga bisa dijaga dengan menggunakan pendekatan keagamaan.

Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan pihaknya bukan melibatkan TNI, tetapi hanya mencari informasi untuk program keagamaan di Papua.

“Itu dimulainya, memang kami niatkan banyak memperhatikan masalah pembinaan rumah ibadah dan sekolah-sekolah ibadah di Papua. Untuk itu, kami mengundang teman-teman polisi dan tentara yang tugas di sana untuk melihat apa-apa yang perlu diwaspadai. Pertama, kami undang teman polisi, kemudian kami undang teman dari TNI. Kebetulan orang itu memang baru saja selesai tugas di Papua, sekarang dia Waaster,” jelas Fachrul. (*)

 

HUMAS MRP

 

Read More