Categories Berita

Pansus Kemanusiaan MRP Desak Pemerintah Nduga Penuhi Hak-hak Warga Pengungsi

WAMENA, MRP – Tim Pansus Kemanusiaan Majelis Rakyat Papua (MRP) mendesak pemerintah, terutama Pemerintah Kabupaten Nduga untuk segera memenuhi kebutuhan dasar warganya yang masih mengungsi di Kabupaten Jayawijaya.

Dalam kunjungan yang dilakukan selama dua hari, Sabtu (4/6/2022) dan Minggu (5/6/2022), tim Pansus Kemanusiaan MRP yang melibatkan tim medis mendatangi lokasi pengungsi Nduga di Sekom, Distrik Muliama, Kabupaten Jayawijaya. Sekom menjadi salah satu titik permukiman pengungsi Nduga dalam jumlah besar.

Dalam diskusi bersama pengungsi dan melihat langsung kondisi mereka, Luis Madai, Anggota MRP Pokja Adat, yang mengkoordinir tim Pansus Kemanusiaan untuk pengungsi Nduga di Jayawijaya, menyatakan prihatin atas kondisi pengungsi.

Ia menegaskan dibutuhkan tindakan cepat terutama dari pemerintah Nduga untuk menanggulangi kesusahan pengungsi dalam pemenuhan hak-hak dasar seperti kesehatan, pendidikan hingga perumahan yang layak.

“Berhubungan dengan kesehatan ini banyak anak, ibu-ibu, yang sakit. Kami melihat disini ada banyak kekurangan gizi, sanitasi, air bersih, ini menjadi masalah. Sehingga kami perlu ada perhatian dari pemerintah. Sehingga ke depan ada bantuan pemerintah terutama pemerintah Nduga bisa melihat rakyatnya yang ada di sini. Sehingga hak-hak dasar mereka bisa dilayani di sini, seperti hak mendapatkan kesehatan, perumahan yang layak, fasilitas air bersih, [serta penerangan] lampu itu bisa diperhatikan oleh pemerintah,” kata Luis Mada kepada Jubi, Minggu (12/6/2022).

Tak hanya kesehatan dan perumahan yang layak, Luis mengatakan, pengungsi Nduga terdiri dari banyak anak-anak usia sekolah namun belum mendapatkan pendidikan karena ketiadaan fasilitas dan tenaga didik.

“Selain itu, di sini kami juga melihat banyak anak-anak usia sekolah. Sehingga di sini perlu mendapatkan pendidikan yang layak, mulai PAUD karena banyak usia PAUD atau TK, lalu banyak juga usia SD. Dan, mereka ini punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga harapan kami pemerintah bisa memfasilitasi di tempat ini,” lagi kata Luis.

Persoalan lain yang perlu diperhatikan adalah terkait pemenuhan gizi serta penyediaan fasilitas air bersih di lingkungan permukiman.

Hal tersebut disampaikan Helena Hubby, Ketua Pokja Agama, yang juga anggota Pansus Kemanusiaan MRP yang berkunjung ke Jayawijaya.

Helena mengatakan, anak-anak yang meninggal selama dalam pengungsian juga disebabkan karena kekurangan gizi. Karenanya, ia meminta perhatian dan keseriusan dari pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi hingga daerah, khususnya pemerintah Nduga dalam memenuhi hak-hak warga pengungsi.

“Banyak anak kecil yang meninggal karena kekurangan gizi. Karena kekurangan gizi itu, [seharusnya] seorang ibu bisa mengatur menu dengan baik kalau itu ada air bersih, kalau ada makanan yang bergizi, dan juga kalau ada MCK yang layak. Ibu-ibu itu mereka perlu air bersih supaya mereka cuci pakaian anak-anak, masak makanan, air minum. Harusnya mereka bisa dapatkan air yang bersih tapi mereka susah sekali mendapatkan air bersih,” kata Helena.

“Oleh karena itu, saya harapkan kepada pemerintah, mohon ada perhatian khusus. Bukan pengungsi itu sudah pulang kembali dan tidak ada, tidak. [Mereka] masih ada dan sampai hari ini mereka masih membutuhkan uluran tangan dari pemerintah,” lagi kata Helena.

Pansus Kemanusiaan MRP untuk Pengungsi Nduga di Jayawijaya berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan perhatian atas tragedi kemanusiaan khususnya pengungsi Nduga di berbagai tempat.

Salah satunya apresiasi itu diberikan kepada Kepala Suku Sekom, Zakeus Lengka, yang menerima dan memberikan lahan kepada pengungsi Nduga.

“Kami juga berterima kasih kepada kepala suku di tempat ini, Sekom, yang sudah terima pengungsi di tempat ini dan memberikan tempat sehingga mereka bisa hidup, tinggal, berkebun di tempat ini,” kata Luis.

Menanggapi itu, Kepala Suku Sekom, Zakeus Lengka mengaku menerima warga Nduga murni atas dasar kemanusiaan.

“Tidak ada alasan apa pun. Satu biji pun orang Nduga saya tidak kenal. Tapi, karena [mereka] pengungsi. Dan, mereka bagian dari kita juga secara manusiawi saya terima dan kasih tempat,” kata Zakeus saat ditanya mengapa ia menerima dan memberikan lahan bagi pengungsi Nduga.

Zakeus juga mengaku siap memberikan tempat untuk pembangunan pos pelayanan terpadu di atas lahannya agar pengungsi dan warga Sekom bisa mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan.

“Jadi tempat itu saya kasi untuk bisa bikin satu pos pelayanan,” kata Zakeus. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *