Categories Berita

Reses di Waropen, Lenora Wonatorei anggota MRP Ajak Perempuan Waropen Mengelolah Hasil Bumi

Foto Bersama usai Pembukaan kegiatan Reses anggota MRP Lenora Wonatorei di Waropen – Humas MRP

JAYAPURA, MRP – Anggota Majelis Rakyat Papua Pokja Perempuan Lenora Wonatorei, S.Pd melakukan Reses I Tahun 2022 di kabupaten Waropen, Jumat, (1/4/2022). Kegiatan Reses dilangsungkan di halaman Gedung Galeri Perempuan Bakau Kampung Sanggei Distrik Urei faisei Kabupaten Waropen.

Tema Reses Penyelamatan Tanah dan Manusia serta memperjuangkan hak-hak Kesejahteraan dan sub tema Hak Dasar Penglolaan Ekonomi berbasis Kemasyarakatan di kabupaten Waropen.

Dalam Sambutannya, Lenora Wonatorei, S.Pd anggota Pokja Perempuan MRP mengatakan Majelis Rakyat Papua terus bersuara di seluruh wilayah adat tentang penyelamatan tanah dan manusia Papua seperti  tertuang dalam UUD 1945 pasal 28A bahwa setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.

“Sehingga hari ini bagian dari penyelamatan tanah dan manusia Papua, disini sebagai anggota MRP mau bicara tentang hak penyelamatan manusia dalam  bidang ekonomi kerakyatan lokal orang asli Papua,” kata Lenora.

Lanjutnya, ekonomi kerakyatan yang dimiliki orang asli Papua sangat banyak dan melimpah tinggal bagaimana kita mengelolah SDA tersebut sebagai ekonomi dalam perberdayaan masyarakat setempat.

“Kami MRP menyuarakan agar masyarakat bangkit dari ketidakpastian hidup untuk mempertahankan hidup dalam mengolah bumi. Kami MRP mengajak masyarakat untuk membudidayakan hasil bumi dengan baik serta mengelolah dengan baik sehingga bisa hidup,” ujarnya.

Lenora juga mengajak perempuan Waropen untuk mulai hari ini sama-sama belajar menilai diri sendiri, menghidupi diri sendiri, serta menanfaatkan potensi ekonomi yang ada diatas tanah sendiri.

“Bagaimana saya hidup diatas tanah saya sendiri dan untuk mengatur hidup untuk menolong orang lain. Mulai hari ini masing-masing bicara pada diri sendiri saya mau tolong orang susah dengan cara mengelola kekayaan saya sendiri, itu yang penting maka secara ekonomi kita akan mandiri sendiri,” pesannya.

Dalam kesempatan itu juga dirinya menghadirkan akademisi dari universita Ottow Gesler hadir sebagai pemateri dalam reses guna memberikan materi khusus tentang ekonomi untuk membantu perempuan Waropen agar bisa mengelolah sumber pendapatan sendiri dari hasil tanah maupun laut serta usaha lainnya.

“saya menghadirkan beliau ini sebagai bentuk keseriusan saya membantu mama-mama dorang memberikan ilmu ekonomi agar sesama kita bisa saling menopang dan menolong satu sama lain dan bisa membuka serta menjalankan usaha secara mandiri,” harapnya.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan acara peresmian Gedung Galeri Putri Bakau Waropen dan penyampaian materi penyelamat tanah dan manusia Papua serta memeperjuangkan hak-hak hidup perempuan Waropen sehingga pengurus dan anggota LP3K kabupaten Waropen mengundang pemerintah Kabupaten Waropen dalam hal ini diwakili oleh Asisiten I, sekaligus PLT sekda Kabupaten Waropen Jaelani  AP. M.Si untuk Meresmikan Gedung Galeri Perempuan Bakau Waropoen.

Dalam Sambutannya Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Waropen Jaelani  Ap, M.Si   mengatakan dengan adanya gedung Galeri Perempuan Bakau Waropen maka perempuan punya Isnovasi dan Pemerintah Daerah siap membantu.

“Perempuan Waropen bukan hanya jadi istri saja, tapi bisa tampil didepan. Tapi selalu ingat kodratnya sebagai Ibu rumah tangga,” pesannya.

Lanjutnya, galeri perempuan Bakau Waropen sebagai inovasi yang luar biasa. Mari bekerja sama dengan GOW pemberdayaan perempuan dan PKK Kakupaten Waropen bersatu sesuai semboyan Ndi Sowosio Ndi Korako, kita bersatu kita kuat.

“Pemerintah mengakui banyak kekurangan, banyak yang kurang oleh sebab itu pemerintah butuh dukungan dari perempuan Waropen. Saya juga ucapkan terimakasih untuk siraman Roahni bahwa majukan waropen butuh pengorbanan,” harapnya.

Kata Jaelani, Pemerintah sangat merespon kegiatan di Galeri Perempuan Waropen dapat menyalurkan Bakat, Kreatifiitas, menciptakan Inovasi Potensi-Potensi yang ada di alam Waropen. Dengan adanya Galeri ini  dapat membantu mengola hasil yang ada. apalagi menyongsong Sidang  Sinode GKI  Papua yang akan diadakan diKabupaten Waropen Waropen.

“Inovasi perempuan Waropen dapat ditampilkan, perempuan bakau waropen andalan, perempuan bakau waropen pasti bias,” ujarnya. (*)

Humas MRP

Read More
Categories Berita

Peredaran Minuman Beralkohol dan Narkoba di Papua Semakin Marak

Ketua MRP, Timotius Murib menjelaskan keberadaan Maklumat MRPyang diabaikan para kepala daerah dalam pertemuan masa reses MRP di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Senin (4/4/2022) – for Jubi

SENTANI, MRP – Ketua Dewan Perwakilan Cabang Lembaga Anti Narkoba Kabupaten Jayapura, Katerina Lilya Yapo mempertanyakan upaya penyelamatan Orang Asli Papua yang dilakukan Majelis Rakyat Papua. Ia mengeluhkan peredaran minuman beralkohol dan narkotika yang semakin merajalela di Papua.

Hal itu dinyatakan Katerina Lilya Yapo saat menghadiri pertemuan masa reses Majelis Rakyat Papua (MRP) di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Senin (4/4/2022).

“Penyelamatan manusia Papua seperti apa yang dilakukan MRP? Karena akhir-akhir ini banyak Orang Asli Papua yang jadi pengangguran dan akhirnya terjerumus ke hal-hal tidak bertangung jawab. Kita harus salahkan siapa?” tanyanya.

Yapo menyatakan peredaran ganja di Kabupaten Jayapura marak. Ironisnya, kebanyakan pengedar ganja di Kabupaten Jayapura itu justru Orang Asli Papua.

“Pengedar ganja paling banyak Orang Asli Papua. Juga [pengedar[ sabu-sabu. Kalau sudah begini, kita mau salahkan siapa?” tanyanya.

Menurutnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) belum memiliki data lengkap tentang peredaran ganja dan berbagai narkotika lainnya di Papua. Ia menyatakan selama ini BNN di Papua justru menghimpun data tersebut dari berbagai organisasi yang berkampanye untuk memerangi peredaran narkotika di Papua.

“[Namun] organisasi yang ada tidak diperhatikan oleh [pemerintah] daerah setempat. Padahal kami ini kerja setengah mati. Kami kerja dengan hati, kami tidak dipaksakan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti peredaran minuman beralkohol di Papua. Walaupun ia terus gigih berkampanye untuk menghentikan peredaran minuman beralkohol di Papua, akan tetapi kerabat Yapo sendiri justru meninggal karena minuman beralkohol.

Ia menyebut Maklumat MRP tentang peredaran minuman beralkohol yang tidak dijalankan pemerintah daerah di Papua. Akan tetapi, ia juga mengkritik Orang Asli Papua yang masih terus mengonsumsi minuman beralkohol.

“Saya bekerja untuk banyak orang, sedangkan saudara saya tidak saya selamatkan. Terus sekarang kita bicara soal maklumat penjualan minuman beralkohol. Kalau orang tidak datang ke toko untuk beli minuman beralkohol, penjual juga akan bosan dan malas berjualan. Yang salah [termasuk] kita sendiri, manusia Papua. Kami demo ke pemerintah itu capek, berteriak padahal kita Orang Asli Papua yang salah sendiri,” ujar Yapo.

Yapo menyayangkan banyak pihak menggembar-gemborkan Otonomi Khusus Papua dan rencana pemekaran Papua. Akan tetapi, nasib orang asli Papua terus terabaikan, tidak diselamatkan.

“[Kalau] kita bicara soal pemekaran dan Otonomi Khusus Papua, hebat-hebat. Tetapi, manusia Papua generasi ini saja tidak kita selamatkan. Saya berharap MRP mengimbaukan bupati dan wali kota untuk melihat hal itu, karena dampak minuman beralkohol itu orang sudah tidak bicara adat dan agama,” jelas Yapo.

Ketua MRP, Timotius Murib menyatakan Kelompok Kerja Agama MRP terus berbicara tentang pelarangan peredaran minuman beralkohol. “MRP bicara berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 15 tahun 2013 tentang Pelarangan Produksi, Pengedaran dan Penjualan Minuman Berakohol. Untuk merealisasikannya, bupati dan wali kota [harus] mengeluarkan peraturan daerah tentang minuman beralkohol. Di beberapa kabupaten ada, yang lain tidak ada,” kata Murib.

Murib menyatakan banyak pejabat publik di Papua saat ini mengutamakan pembangunan fisik ketembang keselamatan jiwa Orang Asli Papua. “Saya pikir keselamatan nyawa manusia itu yang lebih penting. Fasilitas itu tidak terlalu penting.  Jalan yang lebar luar biasa, gedung yang megah, tapi kalau manusia Papuanya tidak diselamatkan, itu juga percuma. Orang Papua butuh kehidupan, bukan pembagunan,” jelas Murib. (*)

Sumber: JUBI

Read More