Selamat Ulang Tahun MRP yang ke-20, tanggal 31 Oktober 2025.

“MRP: Rumah Suara yang Tak Mau Diam”

Di ujung timur negeri, di tanah yang di bawahnya berdenyut emas dan di atasnya berkilau pelangi, berdirilah sebuah rumah besar. Rumah ini bukan rumah sembarangan — karena di dalamnya tak tinggal raja, melainkan rakyat yang dijunjung tinggi. Namanya: Majelis Rakyat Papua, atau orang-orang akrab memanggilnya dengan suara penuh hormat dan sedikit senyum bangga — yang mulia.

MRP ini bukan seperti gedung yang hanya pandai bergema suara mikrofon dan lupa isi hati rakyat. Oh tidak. Di sinilah adat menyalakan obor bicara, perempuan menganyam kata dari nurani, dan agama meniupkan napas hikmat ke dalam setiap keputusan.

Kadang di ruang sidang mereka bisa serius seperti dosen hukum, tapi lima menit kemudian bisa tertawa seperti mama-mama di pasar Hamadi yang sedang tawar-menawar harga pinang. Di situlah indahnya: kesungguhan dan kehangatan berjalan beriringan.

Ada yang bilang MRP itu seperti rumah pohon raksasa — akarnya di tanah adat, batangnya di lembaga negara, dan rantingnya menyentuh langit cita-cita. Dari atas sana mereka melihat jauh: anak-anak yang ingin sekolah tapi terhalang biaya, tanah yang menangis karena dibelah alat berat, dan suara rakyat kecil yang kadang tenggelam di tumpukan berkas.
MRP turun, mendengar, dan bicara. Kadang dengan surat resmi yang penuh cap stempel, kadang dengan air mata, tapi selalu dengan hati yang tak pernah lelah jadi jembatan.

Kalau ditanya, “Apa sebenarnya kerja MRP itu?”
Mereka mungkin akan tertawa kecil dan menjawab,

“Kami ini seperti mama-mama yang jaga tungku api rumah. Kalau apinya padam, tidak ada nasi, tidak ada cerita, tidak ada kehidupan. Kami pastikan api itu tetap menyala — api adat, api keadilan, api kemanusiaan.”

Dan memang, di tengah dunia yang semakin sibuk menghitung laba, MRP mengingatkan bahwa yang paling berharga bukan angka, tapi martabat manusia.
Bahwa yang harus dijaga bukan hanya hutan dan gunung, tapi juga roh kebersamaan yang membuat orang Papua tetap jadi dirinya sendiri. Maka jika suatu hari kau lewat di halaman MRP dan melihat mereka sedang rapat serius, jangan cepat-cepat menyangka itu hanya urusan kertas dan peraturan. Bisa jadi, di balik setiap pasal yang dibaca dan setiap kalimat yang diperdebatkan, ada suara kampung yang sedang mereka perjuangkan agar tidak hilang dalam bising kota.

MRP bukan sekadar lembaga —
ia adalah gema nurani yang memilih untuk tidak diam.
Ia tertawa bersama rakyat, menangis bersama rakyat, dan terus berkata:

“Kita ini satu, karena adat, iman, dan kasih yang sama.” Selamat Ulang Tahun MRP yang ke-20, tanggal 31 Oktober 2025.

"Guntur.O. (31/10/2025)"


Share :