Categories Berita

MRP meminta Kapolda Papua mengevaluasi tim pengamanan Covid-19 di Paniai

Logo Majelis Rakyat Papua (MRP) – Foto/Doc MRP

JAYAPURA, MRP – Anggota Majelis Rakyat Papua, Pdt Nikolaus Degey mendesak Kepala Kepolisian Daerah Papua mengevaluasi polisi dari Kepolisian Resor Paniai yang terlibat dalam tim pengamanan Covid-19. Permintaan itu disampaikan Degey menyusul dugaan pemukulan yang dilakukan polisi terhadap warga di depan Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Paniai di Madi, pada Rabu (10/6/2020).

Anggota Majelis Rakyat Papua utusan Sinode Gereja Kemah Injil di Tanah Papua itu menyatakan polisi melakukan pemukulan terhadap warga di depan RSUD Paniai, dan melepaskan tembakan ke udara saat membubarkan warga di sana. “Saya memdesak Kapolda mengevaluasi kinerja anggota [polisi] di lapangan, supaya [polisi tidak] bertindak berlebihan kepada masyarakat sipil,” kata Degey di Kota Jayapura, Jumat (12/6/2020).

Degey dua warga terluka saat aparat membubarkan warga yang melintasi portal jalan di depan RSUD Paniai, dan sempat dilarikan ke rumah sakit itu. Degey menyatakan ia tidak mengetahui jenis luka yang diderita kedua warga itu.“Beritahulah kalau masyarakat salah, jangan dengan kekerasan. Kalau kekerasan, itu bisa memicu konflik aparat dengan masyarakat yang lebih besar. [Jika itu terjadi], korbannya pasti masyarakat, [jumlahnya bisa] lebih banyak,” kata Degey.

Sekretaris II Dewat Adat Papua versi Konferensi Masyarakat Adat di Biak, John NR Gobai, menyatakan pihaknya belum mengetahui kronologi pembubaran warga di depan RSUD Paniai itu. Gobai hanya mendengar kabar kalau polisi sempat keluarkan tembakan untuk mengatasi salah paham antara warga dan aparat gabungan tim pengamanan Covid-19 di Kabupaten Paniai.

“Aparat keluarkan tembakan, dan diduga ada penganiayaan. Akan tetapi, saya belum dapat fotonya,” kata Gobai.

Direktur RSUD Paniai di Madi, dr Grace Catherine SpKJ membenarkan pasca insiden itu ada dua warga yang dilarikan di rumah sakitnya. Setelah diobati, kedua warga itu bisa pulang.

“Pokoknya tidak ada luka tembak. Tidak Ada. Itu saja saya bisa kasih tahu. Kalau bisa, bersurat [kepada RSUD Paniai] supaya lebih jelas. Secara detail, dokter umum yang tanggani lebih tahu,” kata Grace saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon.

Kantor Berita Antara pada Kamis (11/6/2020) melansir pernyataan Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw yang memastikan tidak ada warga yang tertembak dalam insiden Senin itu. ”Saya sudah mengecek ke Paniai, tidak ada warga yang mengalami luka tembak,” ujar Waterpauw kepada Antara.

Menurut Waterpauw, insiden saat warga bernama Sarah Yeimo melintas lewat parit di samping portal jalan, dan terluka karena potongan kawat berduri di parit itu. Warga yang melihat Sarah Yeimo terluka marah, dan merusak portal jalan yang didirikan untuk membatasi pergerakan orang pada masa pandemi Covid-19. Sejumlah polisi yang berjaga di portal itu sempat mundur dan kembali ke Markas Kepolisian Resor (Polres) Paniai.

Kasat Samapta (Polres) Paniai Iptu Harsat Muthalib lalu datang ke lokasi, dan mencoba menenangkan warga. Para warga itu sempat membubarkan diri dan pulang.

Sekitar pukul 16.45 WP, sekitar 50 warga kembali mendatangi portal itu, dan merusaknya dengan kapak dan parang. Warga kembali menarik diri setelah polisi dan tentara berjaga di portal itu.

Waterpauw menyatakan sekitar pukul 17.30 WP polisi melihat ada enam motor turun dari arah Pugo. Polisi melihat para penumpangnya membawa busur dan panah, sehingga polisi melepaskan tembakan peringatan. Keenam motor itu akhirnya tidak melanjutkan perjalanan mereka. ”Saya pastikan, tidak ada anggota atau warga yang mengalami luka tembak,” tegas Waterpauw.(*)

 

Sumber: Jubi.co.id