Categories Berita

MRP Akan Temui Mahasiswa Eksodus Besok

 

Rombongan Eko Philipus Kogoya berfoto bersama di depan Kantor Majelis Rakyat Papua di Jayapura, Papua, pada 17 Desember 2019 lalu. – Jubi/Benny Mawel

 

Jayapura, Jubi – Majelis Rakyat Papua atau MRP pada Kamis (9/1/2020) dijadwalkan untuk bertemu Eko Philipus Kogoya dan kawan-kawan selalu wakil “mahasiswa eksodus” yang meninggalkan kuliah mereka di berbagai kota studi di luar Papua. Kehadiran para mahasiswa eksodus itu penting untuk mengetahui aspirasi mereka.

Hal itu dinyatakan Ketua MRP Timotius Murib kepada Jubi di Jayapura, Rabu (8/1/2020). “MRP akan merima adik-adik [mahasiswa eksodus] yang mau datang,”  kata Timotius Murib.

Sejak terjadinya persekusi dan rasisme terhadap para mahasiswa Papua di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019 lalu, ribuan mahasiswa yang berkuliah di berbagai perguruan tinggal yang berada di luar Papua melakukan eksodus. Mereka meninggalkan kuliahnya, dan memilih pulang ke Papua sebagai protes atas persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.

Pada 17 Desember 2019 lalu, sejumlah 30 orang yang mengaku sebagai bagian dari para mahasiswa eksodus mendatangi Kantor MRP di Jayapura, Papua. Saat itu Eko Philipus Kogoya dan kawan-kawannya gagal bertemu dengan para pimpinan MRP, sehingga mereka dijadwalkan untuk bertemu pimpinan MRP pada Kamis.

Timotius Murib menyatakan MRP sangat ingin bertemu dengan para mahasiswa eksodus, untuk mengetahui aspirasi dan harapan mereka. “Hasil pertemuan ini nantinya kita sampaikan kepada Gubernur Papua,” kata Murib seusai pembukaan Sidang Pleno MPR I 2020.

Saat ditemui Jubi pada 17 Desember 2019, Eko Philipus Kogoya selaku pimpinan rombongan mahasiswa eksodus menyatakan datang untuk mengadukan nasib dan harapan para mahasiswa eksodus kepada MRP. Kogoya menyatakan jumlah mahasiswa yang memilih berhenti kuliah dan meninggalkan kota studi mereka mencapai kisaran 6.000 orang.

Kogoya menyatakan para mahasiswa eksodus juga ingin bertemu dengan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Papua. Para mahasiswa juga ingin bertemu dengan Gubernur Papua. Menurut Kogoya, para mahasiswa ingin menyampaikan pernyataan sikap mereka atas kasus persekusi dan tindakan rasisme terhadap para mahasiswa Asrama Mahasiswa Papua Kamasan III di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019 lalu.

“Mahasiswa eksodus masih ada di Jayapura. [Kami] tidak ke mana-mana, [dan] kami akan sampaikan [pernyataan] sikap [kami],” kata Kogoya.(*)

 

Sumber: Jubi.co.id

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *